MANADO-
Kota Manado benar-benar luluh lantak diterjang banjir bandang, Rabu (15/1)
lalu. Pasca banjir mereda, tampaklah pemandangan bahwa Ibukota Sulut ini porak
poranda. Ratusan rumah hanyut, ribuan rumah belum bisa ditempati gara-gara
becek setinggi 0,5 meter, dan diperparah listrik belum bisa menyala. Tak pelak,
Manado bak kota hantu.
Pantauan, di sejumlah tempat pinggiran DAS Tondano, Sawangan, Sario, dan
Ranotana, ratusan rumah hanyut tak berbekas. Warga yang kehilangan rumah seakan
merasakan dunia telah kiamat. Mereka tak berdaya dan seperti tidak bisa berbuat
apa lagi. "Tinggal baju di badan. Rumah hanyut tak berbekas," keluh
Denny B, warga Ranotana Weru. Denny hanyalah satu dari ratusan warga yang
kehilangan rumah.
Tidak itu saja, ribuan rumah yang terendam air, 80 persen belum bisa ditempati.
Ribuan warga masih mengungsi di tempat pengungsian atau di rumah saudara. Sebab
lumpur becek yang mengandung penyakit masih tebal. Warga korban banjir sangat
membutuhkan mesin alcon untuk menyedot lumpur. Tampak baru beberapa rumah yang
menggunakan alcon.
Realitas ini harus ada gerakan konkrit. Supaya masyarakat segera bangkit dan
tidak larut dalam keputusasaan. "Pemerintah harus segera melakukan langkah
konkrit. Terus terang saja, banyak warga yang putus asa. Apalagi listrik belum
menyala," kata Sandra Sambuaga, warga Perkamil. Dia tampak stres dan tidak
menyangka musibah banjir kali ini sangat parah.
Kalau malam, Manado jadi seperti kota mati. Listrik belum bisa dinyalakan. Itu
juga dikarenakan gardu PLN mengalami kerusakan akibat terendam banjir. Suasana
malam makin mencekam karena 80 persen rumah belum bisa didiami. Banyak rumah
yang kosong ditinggalkan oleh pemiliknya. Diperkirakan 10 ribu warga mengungsi
ke rumah kerabatnya. Bahkan ada juga yang mengungsi di hotel.
‘’Kita somo jual ini rumah,’’ ujar seorang warga Karame kepada Manado Post.
Warga tersebut terlihat tak mampu lagi membersihkan lumpur setebal 20 senti
meter di dalam rumahnya dan sekitar 40 senti meter di pekarangan
rumahnya. ‘’Kalau ada yang mobeli, biar dorang tawar murah, kita somo jual,’’
ujarnya.
Karena lumpur mulai mengeras, warga lainnya mengaku akan menanaminya rumput.
‘’Daripada capek dibersihkan, mendingan saya tanami rumput di atasnya. Supaya
pekarangan saya juga jadi tinggi,’’ ujar warga lainnya.
Pantauan wartawan, sekira 1.000 rumah rusak berat dan rusak ringan. Data dari
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pemprov Sulut, rumah
yang hanyut lebih dari 100 rumah. Rumah yang rusak berat dan rusak ringan,
butuh 10 hari untuk membersihkannya. BNPB belum bisa mendata jumlah kerugian,
tetapi tiap keluarga diperkirakan mencapai 300 juta. Kerugian itu terdiri dari
perabotan, tempat tidur, barang elektronik, dan beberapa bagian bangunan rumah
yang rusak.
Itu belum termasuk warga yang berduit. Mereka kebanyakan mengalami kerugian
lebih besar lagi akibat kendaraan mereka ikut terendam bahkan ada yang hanyut.
Kendaraan mulai dari yang harga Rp150 jutaan sampai ada yang harga miliar
rupiah. ‘’Kerugian saya diperkirakan 1,7 miliar. Mobil mercy dan kijang saya
tidak sempat dikeluarkan dari garasi. Sekarang penuh lumpur,’’ ujar salah satu
pengusaha di Kota Manado.
Warga lainnya yang juga pengusaha, tinggal tiga kendaraannya yang tidak sempat
diselamatkan karena airnya naik terlalu cepat. Ketiga mobil itu ada Alpard,
Pajero, dan Inova. ‘’Garasi saya yang satu agak tinggi. Jadi saya harap
banjirnya tidak akan sampai di situ, tetapi ternyata lewat juga. Karena banjir
tahun lalu airnya tidak sampai di garasi saya yang satu itu,’’ kata pengusaha
yang meminta namanya tidak dikorankan.
Tetapi ia mengaku beberapa mobil lainnya berhasil diselamatkan. Ada Hamer,
Lexus Honda City, Honda Odyssey, sepeda motor Harley Davidson, dan
kendaraan lainnya. ‘’Tahun lalu saat banjir, saya bisa selamatkan semuanya.
Tetapi tahun ini airnya terlalu cepat. Saya tak bisa selamatkan semuanya,’’
ujarnya.
Pantauan wartawan, banyak mobil yang bergelimpangan di beberapa ruas
jalan. Ada yang di atas pagar, ada yang di pohon, ada yang menindih kendaraan
lain, ada yang di selokan, dan lainnya.
Kondisi Manado yang luluh lantak ini butuh 20 hari bahkan sebulan untuk
membersihkannya. Karena itu warga berharap Pemerintah Kota Manado
mengirimkan truk-truk pengangkut sampah dan bulldozer untuk membersihkan lumpur
di jalan-jalan. Warga juga berharap bantuan alkon untuk menyedot air untuk
menyiram lumpur yang mulai mengeras. ‘’Kalau bisa ada bantuan alkon. Minimal
satu lingkungan dapat satu alkon. Biar nanti warga di lingkungan itu bergantian
menggunakannya,’’ harap Hartarti Pakaya, Kepala Lingkungan V Kelurahan Karame
Kecamatan Singkil, saat diwawancarai Manado Post.
Warga lainnya juga mengaku butuh pakaian bekas. ‘’Kalau bisa juga kami
mendapatkan pakaian bekas. Sudah tiga hari ini kami tidak ganti baju.
Pakaian sudah berapa kali kering di badan,’’ keluh Vikri Darise, warga
Kelurahan Ketang Baru, Singkil.
MENKOKESRA DAN MENKES KUNJUNGI LOKASI
BENCANA
Di sisi lain Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Agung
Laksono dan Menteri Kesehatan Dr Nafsiah Mboi SpA MPH, Sabtu (18/1) hari
ini, direncanakan akan mengunjungi lokasi bencana. ‘’Kedatangan Menkokesra dan
Menkes di daerah ini akan dijemput Gubernur Sulut Dr Sinyo Harry
Sarundajang, Unsur Forkopimda Sulut dan SKPD terkait di Bandara Sam Ratulangi
Manado pada siang harinya,’’ jelas Wagub Sulut Dr. Djouhari Kansil MPd saat
memimpin rapat koordinasi dengan SKPD terkait di Posko Penanggulangan Bencana
Provinsi di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulut Jln.
Bethesda No 16 Manado, Jumat (17/1) kemarin.
Sumber : Mdopost.com